.

Menara Syahbandar Sleko, Tanda Keemasan Pelabuhan Semarang



Suaramerdeka.com - DULU, urat nadi perdagangan Kota Semarang ada di Kali Semarang yang berdampingan dengan kawasan Kota Lama. Kapal barang yang berlayar bisa memasuki kota melalui Kali Semarang.
Salah satu penanda suksesnya kejayaan pelabuhan Semarang pada pertengahan abad ke-18 adalah bangunan menara yang terletak di Jalan Sleko. Menara ini persis berada di tepi Kali Semarang, depan Kota Lama. Bangunan yang disebut Kleine Boom en Uitkijk ini adalah bangunan yang secara arsitektur sangat menarik.
Sleko diadopsi dari bahasa Belanda, berarti gerbang kota yang menghubungkan dengan pelayaran ke luar Semarang. Di sinilah ditetapkan 0 (nol) kilometer Kota Semarang, meskipun keberadaan titik penandanya jarang diperhatikan orang.
Suasana bekas pelabuhan di wilayah ini masih cukup terasa dengan pemakaian nama jalan di sekitarnya yang menggunakan nama ikan seperti Dorang, Pethek, Layur.
Dari buku Kenang-Kenangan 100 tahun HBS Semarang 1877-1977 diketahui, bangunan yang dilengkapi gardu pandang ini punya halaman untuk istirahat para pedagang. Kala itu transportasi sungai masih sangat berperan untuk membawa kebutuhan sehari-hari dan barang-barang perdagangan dari pedalaman.
Bangunan yang terdiri atas susunan masa empat kubus tersebut, berfungsi sebagai pelabuhan kecil yang dilengkapi sebagai menara pandang untuk mengatur bongkar muat pedagang kecil. Para pedagang berjualan kebutuhan sehari-hari untuk masyarakat Kota Semarang, terutama perdagangan makanan untuk memasok kebutuhan Pasar Johar.
Bangunan menara Sleko, hampir sama bentuknya dengan Menara Syahbandar di Pasar Ikan, Jakarta Utara. Namun Menara Syahbandar yang dibangun pada 1839 berfungsi untuk mengganti tiang bendera lama pada galangan kapal di sebuah kawasan yang kini bernama Jalan Pakin.
Sayangnya, kondisi menara Syahbandar di Sleko ini sekarang sangat mengenaskan. Seluruh bagian atap telah hilang, begitu pula dengan jendela dan pintu. Warna tembok bangunan yang dulunya putih, sekarang tinggal batu bata rapuh saja yang terlihat.
Bila dilihat dari arah Kali Semarang, bangunan menara Sleko tampak padat karena munculnya bangunan baru yang berdiri tepat di pinggir kali sehingga lahan makin menyempit. Tidak ada sisa-sisa yang menggambarkan Sleko pernah menjadi gerbang Kota Semarang dan kejayaan pelabuhan Semarang pertengahan abad ke-18.
Di bawah kekuasaan kolonial, Semarang dulu menjadi pusat perdagangan dan perindustrian lengkap dengan pelabuhan terbesar di Jawa, perkantoran dan perkembangan kota yang modern kala itu.
Seperti yang termaktub dalam Ports Cities of The Worlds 1925, Kalibaroe di kawasan Boom Lama pada abad ke-18 dipenuhi dengan kapal-kapal tongkang pengangkut barang perdagangan dari pedalaman, untuk diangkut ke kapal-kapal besar di lepas pantai.
Dari Kalibaroe ke pelabuhan dilengkapi jembatan gantung yang dapat diangkat, bila perahu besar akan lewat. 

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *