HUBUNGAN sejarah antara Semarang di masa lalu dan jaman penjajahan Belanda masih bisa kita rasakan sampai saat ini, karena tidak dipungkiri masih banyak peninggalan bangunan-bangunan kuno dan juga makanan khas dan hal bersejarah yang sangat melekat dengan ciri Belanda.
Seorang yang sangat memerhatikan dan sampai sekarang masih mencoba untuk melestarikan sejarah kota Semarang, ialah Jongkie Tio. Atas kecintaannya akan kota Semarang itulah saat ini ia mencoba untuk mengekspresikan segala sesuatu yang berhubungan dengan kota Semarang ke dalam sebuah catatan nostalgianya yang sudah lama tertunda dan tersimpan.
"Saya lahir dengan nama Tio Tek Gwan. Dan setelah itu Pak Harto memberi saya nama Daddy Budiarto," demikian ucap penulis buku "Kota Semarang dalam Kenangan", yang sekarang dikenal dengan nama Jongkie Tio. Dalam candanya, Jongkie mengatakan mantan Presiden Soeharto yang memberikannya nama, karena pada masa pemerintahannya, warga Tionghoa yang tinggal di Indonesia memang harus menggunakan nama asli Indonesia.
Lahir di Semarang dari pasangan Tio Liong Hwie dan Goh Lies Nio, membuatnya sangat cinta kepada kota Semarang sehingga Jongkie Tio yang pada masa mudanya menempuh pendidikan di Universitas Diponegoro di Fakultas Hukum pada tahun 1965 ini memiliki hobi mengabadikan foto-foto dan benda-benda bersejarah kota Semarang.
Bukan Sejarawan
"Saya ini bukan sejarawan ataupun budayawan kota Semarang, saya hanya story-teller," tuturnya saat ditemui di restoran miliknya, Semarang International Family & Garden di jalan Gadjahmada yang menyajikan aneka masakan khas dan jajan pasar khas Semarang tempo doeloe sebagai salah satu menu utamanya, disamping cantonese chinese food dan steak house.
Dirinya enggan disebut sebagai sejarawan kota Semarang, karena ia hanya sekedar menyampaikan tentang apa yang diketahuinya tentang kota Semarang.
Dirinya enggan disebut sebagai sejarawan kota Semarang, karena ia hanya sekedar menyampaikan tentang apa yang diketahuinya tentang kota Semarang.
Mendengar cerita dari berbagai sumber membuatnya semakin tahu dan cinta akan kota Semarang. Begitu juga akan foto-foto yang menjadi koleksinya sampai sekarang, ia dapatkan dari berbagai sumber, hasil bidikannya sendiri, juga ia kumpulkan dari majalah, koran, teman, atau kolektor lainnya. Terkadang Jongkie juga harus merogoh banyak kocek untuk mendapatkan sebuah foto yang ia inginkan.
Jongkie sendiri mengatakan sangat banyak orang berkewarganegaraan Belanda yang pada masa penjajahanannya dulu menempati kota Semarang datang kembali ke Semarang untuk sekedar bernostalgia akan tempat tinggalnya pada masa mudanya dahulu.
Foto Bercerita
Foto Bercerita
Diakui Jongkie, ia juga mendapatkan banyak foto dan cerita-cerita menarik dari orang-orang asing yang pernah tinggal di Semarang. Sehingga inilah yang dimaksud Jongkie, bahwa ia hanyalah sekedar story-teller (pendongeng), yang menerima pesan dan menyampaikannya lagi ke dalam bukunya "Kota Semarang dalam Kenangan".
"Kota Semarang dalam Kenangan" yang merupakan buku kedua Jongkie ini dipersembahkan bagi warga kota Semarang khususnya anak-anak muda jaman sekarang yang mulai luntur kecintaannya terhadap kota kelahirannya, agar mereka tahu betapa indahnya kota Semarang yang penuh dengan sejarah.
Kecintaannya pada kota Semarang membawa Jongkie berhasil menerbitkan beberapa buah buku. Buku pertamanya "Semarang, Selintas Pandang" diterbitkan pada tahun 1993. Buku tersebut memuat tentang 100 koleksi foto-foto dari kota Semarang di masa lalu. Buku keduanya "Kota Semarang dalam Kenangan", diterbitkan pada tahun 2002 dan dicetak sebanyak 140 halaman yang berisi 287 foto-foto tua bersejarah.
Selain itu, buku garapannya "Semarang City: A Glance into the Past" yang merupakan edisi ketiga dan berbahasa Inggris menyusul terbit pada tahun 2007. Tak ingin mandeg untuk terus bercerita tentang Semarang, Jongkie kini juga tengah menggarap "Semarang City: A Glance into the Past" edisi keempat.
by suaramerdeka
by suaramerdeka
ConversionConversion EmoticonEmoticon