Jalur Ditutup karena Penghematan
Trem yang melintas di Jalan Bodjong (kini jalan pemuda) |
Menyusuri jejak rel kereta api uap atau trem di Kota Semarang tidaklah
mudah. Seluruh jalur trem telah tertutup aspal. Stasiun pun berubah menjadi
pertokoan dan pusat perbelanjaan. Palang kereta apalagi, tak berbekas. Bukti
fisik kejayaan transportasi murah dan tidak macet itu telah hilang dan kini
tinggal cerita.
KOTA Semarang tanpa macet masih diingat betul oleh nenek lima anak dan 10
cucu itu. Kendaraan dengan mudah melintasi Jalan Bodjong (Jalan Pemuda). ”Jika ingin bepergian, cukup naik trem atau kereta api uap yang melayani
rute dalam kota. Namun sekarang, tidak tahu trem-nya pada ke mana?” tutur
Ngasimah (80) warga Kampung Basahan RT 5 RW 3 No 91. Menurut Ngasimah, pengoperasian trem dalam kota itu tak berlangsung lama.
Sebelum tentara Jepang masuk ke Indonesia trem dalam kota mulai berkurang. Pada
akhirnya, trem menghilang. Jalur-jalur rel yang membelah Kota Semarang pun tak terlihat lagi,
terlebih setelah terkena proyek pelebaran dan peningkatan jalan raya. Salah
satunya, Stasiun Jurnatan yang dulu dikenal sebagai pusat operasi trem. Tempat
itu kini berubah menjadi pertokoan. ”Trem sekarang tidak ada lagi, sudah ganti menjadi BRT. Dulu, Kota
Semarang menjadi Kota Kereta Api, sekarang jadi Kota BRT,” tandasnya. Slamet Subagyo (66) warga Jomblang Timur Nomor 827 RT 6 RW 5 Kelurahan
Lamper Kidul, Kecamatan Semarang Selatan menuturkan kembali cerita almarhum
orang tuanya, Suparmin. Dahulu, trem jurusan Jomblang-Bulu-Jurnatan menjadi
salah satu alat transportasi penting masyarakat sebelum 1940-an. ”Dulu, rutenya mulai Jomblang, kemudian ke Pasar Bulu, memutar di
Tugumuda, melintasi Jalan Bodjong (Bojong Weg/Jalan Pemuda), kemudian ke
Stasiun Jurnatan. Ada juga rute Stasiun Jurnatan, kemudian Jalan Mataram (Jalan
MT Haryono/Spoorwegstations Op Java-Michiel van Ballegoijen de Jong) dan
Jomblang,” tutur bapak empat anak dan 14 cucu itu saat ditemui di kediamannya.
Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat
Djoko Setijowarno menjelaskan, trem-trem itu dioperasikan oleh Semarang Joana
Stoomtrammascapaj (SJS), dengan bahan bakar kayu seperti halnya lokomotif uap.
Jalur trem tidak beroperasi lama. Pada tahun 1940, jalur ditutup dengan alasan
penghematan meskipun banyak warga yang protes. ”Selanjutnya, lokomotif yang pernah dioperasikan di Semarang dipindah ke
Surabaya. Sekarang prototipe lokomotif uap masih terpajang di depan Stasiun
Pasarturi di Surabaya,” ujar peneliti Laboratorium Transportasi dan Pengajar
Jurusan Teknik Sipil Unika Soegijapranata itu, kemarin. Trem yang melayani rute itu di antaranya tipe SJS 12 (B1212), SJS 23
(B1223), dan SJS 32 (B1232). Menurut Djoko, Stasiun Jurnatan kini tanpa bekas.
Setelah berhenti beroperasi pada 1974, pada 1986 stasiun dibongkar untuk
pertokoan. Semula, kata Djoko, Stasiun Jurnatan hanyalah bangunan kayu sederhana.
Namun pada 1913, stasiun kecil itu dibongkar dan dibangun menjadi besar dan
megah dengan konstruksi atap dari baja serta kaca. Meski Stasiun Jurnatan berada di akhir jaringan SJS, bangunan baru itu
tidak dirancang sebagai stasiun ujung (terminus atau kopstation) tetapi berupa
stasiun paralel, yaitu dengan satu sisi memanjang sebagai pintu masuk utama,
sedangkan sisi seberangnya terdapat peron-peron.
Mulai 1974, Stasiun Jurnatan tidak difungsikan lagi dan semua kereta api
jurusan Demak dialihkan ke stasiun Tawang. Tak lama kemudian, seluruh jaringan
kereta api eks SJS ditutup karena tidak mampu bersaing dengan transportasi
darat lain. Stasiun Jurnatan telantar tetapi kemudian dimanfaatkan sebagai
terminal bus antarkota. Namun ini juga tidak berlangsung lama. Awal tahun 1980-an, Stasiun
Jurnatan dibongkar dan dibangun menjadi kompleks pertokoan. ”Sebelum dibongkar, stasiun digunakan untuk terminal bus antarkota.
Setelah dibangun Terminal Terboyo, berubah fungsi seperti sekarang. Agak
kesulitan membangkitkan perkeretaapian dari stasiun ini. Pasalnya, rel lama
sudah terpendam aspal sehingga jalur kereta lama tak mungkin dihidupkan
lagi. Namun dalam Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (Ripnas) 2010-2030,
lintas Semarang-Rembang bakal diaktifkan. Namun perjalanan sudah tidak berawal
dari bekas Stasiun Jurnatan,” papar pria kelahiran Pangkalpinang, 15 Mei 1964
itu.
ConversionConversion EmoticonEmoticon