SEMARANG, suaramerdeka.com - Perhelatan acara Sesaji Rewandha yang dihelat di Goa Kreo, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunugpati, berjalan cukup meriah. Setidaknya 1000 orang memadati jalan raya Gunungpati, persisnya di pertigaan menuju Goa Kreo di kawasan proyek pembangunan bendung Jatibarang, Sabtu (25/8).
Sejak pukul 07.00 WIB, massa sudah memadati jalan untuk menunggu kirab yang diikuti oleh sekitar 400 peserta. Melalui acara itu, ratusan kera ekor panjang penghuni Goa Kreo merasa 'terhormat' dan 'dimanusiakan' dengan adanya gerakan memberi makanan itu.
Memberi makan kera ini merupakan penggalan tradisi Rewandha, yang setiap tahun diselenggarakan masyarakat Keluraha Kandri, sebagai ritual setelah lebaran. Selain itu, ditampilkan juga beberapa atraksi tarian termasuk sendratari Kera yang dikuti oleh anak-anak. "Semua penari berasal dari warga Kelurahan Kandri, dengan bantuan beberapa sanggar tari di kota Semarang," kata Bowo, salah satu penggiat wisata.
Sesaji Rewandha ini merupakan atraksi budaya Desa Wisata Kreo yang tengah digadang-gadang Dinas Budaya dna Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, untuk menarik wisatawan.
Acara dimulai dengan mengarak sesaji atau ube rampe dari Masjid Al-Mabrur dengan cara memanggul hasil bumi seperti buah-buahan, ketupat, lepet, dan tumpeng nasi kuning sejauh sekitar 1 kilometer. Sampai di lokasi, tamu dan warga dihibur dengan tarian kesenian tradisional, musik lesung dan tarian kera.
Kemudian dilanjutkan dengan pengisahan dan napak tilas tentang sejarah Sunan Kalijaga yang membawa kayu jati untuk Sokoguru masjid Agung Demak dengan cara melalui aliran sungai, namun di perjalanan kayu itu terjepit oleh dua bukit dan jurang, sehingga Sunan Kalijaga menamakan kali itu dengan Goa Kreo.
Kasmani sesepuh adat mengatakan, sesaji Rewondo tradisi yang dilakukan dari nenek moyang dahulu. Acara ini telah banyak mendatangkan pengunjung karena tradisi dikemas dan diberi nama yang lebih bagus sampai sekarang sudah 16 tahun berjalan.
Selain hasil bumi juga diterdapat tumpeng nasi kuning sebagai simbol sedekah bumi, nasi bungkus nyadran, ketupat dan lepet makanan khas setiap tahun Syuro setiap Lebaran, patung badak bernama Si warak, dan replika kayu jati.
Kasmani sesepuh adat mengatakan, sesaji Rewondo tradisi yang dilakukan dari nenek moyang dahulu. Acara ini telah banyak mendatangkan pengunjung karena tradisi dikemas dan diberi nama yang lebih bagus sampai sekarang sudah 16 tahun berjalan.
Selain hasil bumi juga diterdapat tumpeng nasi kuning sebagai simbol sedekah bumi, nasi bungkus nyadran, ketupat dan lepet makanan khas setiap tahun Syuro setiap Lebaran, patung badak bernama Si warak, dan replika kayu jati.
ConversionConversion EmoticonEmoticon