.

Tugu Muda, Monumen Pertempuran Lima Hari di Semarang


Tugumuda Semarang terletak di tengah persimpangan Jalan Pandanaran, Jalan Mgr Soegijapranata, Jalan Imam Bonjol, Jalan Pemuda dan Jalan Dr. Sutomo. Sebelah Utara tugu ini ini terdapat Gedung Pandanaran, sebelah Timur terdapat Lawangsewu, Selatan berhadapan dengan Museum Mandala Bhakti, dan sebelah barat terdapat Wisma Perdamaian.
Tugumuda merupakan sebuah monumen bersejarah kota Semarang yang dibangun untuk mengenang Pertempuran Lima Hari di Semarang. Pertempuran ini adalah perlawanan terhebat rakyat Indonesia terhadap Jepang pada masa transisi. Lawangsewu menjadi saksi bisu perjuangan anak-anak Muda Semarang yang dimulai pada tanggal 15 Oktober 1945 (walau kenyataannya suasana sudah mulai memanas sebelumnya) dan berakhir tanggal 20 Oktober 1945 itu.

Pertempuran ini dipicu kaburnya tawanan Jepang pada Minggu, 14 Oktober 1945. Pada pukul 6.30 WIB, pemuda-pemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat di depan RS Purusara. Mereka menyita sedan milik Kempetai dan merampas senjata mereka. Sore harinya, para pemuda ikut aktif mencari tentara Jepang dan kemudian menjebloskannya ke Penjara Bulu (sekarang LP Wanita Bulu).
Sekitar pukul 18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap melancarkan serangan mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi istimewa yang waktu itu sedang menjaga sumber air minum bagi warga Semarang yakni Reservoir Siranda di Candilama. Kedelapan anggota Polisi Istimewa itu disiksa dan dibawa ke markas Kidobutai di Jatingaleh.
Sore itu juga tersiar kabar tentara Jepang menebarkan racun ke dalam reservoir itu. Rakyat pun menjadi gelisah. Sebagai kepala RS Purusara (sekarang Rumah Sakit Umum Pusat Dr Kariadi) Dokter Kariadi berniat memastikan kabar tersebut. Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah Sakit Purusara, yang memberitahukan agar dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Purusara segera memeriksa Reservoir Siranda karena berita Jepang menebarkan racun itu.

Dokter Kariadi kemudian dengan cepat memutuskan harus segera pergi ke sana. Suasana sangat berbahaya karena tentara Jepang telah melakukan serangan di beberapa tempat termasuk di jalan menuju ke Reservoir Siranda. Istri Dr. Kariadi, drg. Soenarti mencoba mencegah suaminya pergi, namun gagal.
Ternyata dalam perjalanan menuju Reservoir Siranda itu, mobil yang ditumpangi dr. Kariadi dicegat tentara Jepang di Jalan Pandanaran. Bersama tentara pelajar yang menyopiri mobil yang ditumpanginya, dr. Kariadi ditembak secara keji. Ia sempat dibawa ke rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB. Ketika tiba di kamar bedah, keadaan dr. Kariadi sudah sangat gawat. Nyawa dokter muda itu tidak dapat diselamatkan. Ia gugur dalam usia 40 tahun satu bulan.
Pada tanggal 28 Oktober 1945, Gubernur Jateng Mr Wongsonegoro meletakkan batu pertama pembangunan monumen ini di dekat alun-alun. Namun karena pada bulan November 1945 meletus perang melwan sekutu dan jepang, proyek ini terbengkalai. Kemudian tahun 1949, Badan Koordinasi Pemuda Indonesia (BKPI) memprakarsai pembangunannya kembali. Namun upaya ini pun gagal karena kesulitan pendanaan.

Pembangunan baru berjalan lancar ketika pada 1951 Walikota Semarang Hadi Soebeno Sosro Werdoyo membentuk panitia Tugumuda. Lokasi pun dipindah dari alun-alun ke lokasi sekarang. Desain tugu dkerjakan oleh Salim, sedangkan relief pada bagian bawah digarap seniman hendro. Batu-batu didatangkan dari Kaliurang dan Paker. Tanggal 10 November 1951 diletakkan batu pertama oleh Gubernur Jateng Boediono dan pada tanggal 1953 bertepatan dengan Hari Kebangkitan nasional Tugu Muda diresmikan oleh Presiden Soekarno.
Tugumuda sempat mengalami beberapa penambahan, terutama pada kolam dan taman. Kini kawasan Tugumuda ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya. Penetapan itu berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2011-2031. Di kawasan ini terdapat bangunan bersejarah seperti Gedung Lawangsewu, Wisma Perdamaian, Gereja Katedral, Museum Mandala Bhakti, dan bangunan Pasar Bulu.
Setiap malam, terlebih malam minggu, Tugumuda sangat ramai. Lokasi ini mudah dijangkau karena terdapat di pusat kota. Dari Simpanglima, anda bisa naik angkot atau kendaraan ke arah barat dan akan sampai dalam waktu sekitar 15 menit.

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *