Dari Hutan Wisata Menjadi Jalan dan Perumahan
RIMBUNNYA berbagai macam pepohonan membawa daya tarik tersendiri bagi
para pengunjung hutan wisata Silayur pada 1950 sampai 1980-an yang memanfaatkan
waktunya untuk menghirup udara segar bersama teman atau keluarganya. Seiring waktu berjalan, hutan wisata Silayur yang ada di wilayah
Kelurahan Bringin, Kecamatan Ngaliyan itu terus berubah. Para pengembang
perumahan mulai melirik kawasan itu sebagai permukiman. Dibangunlah Perumahan Pandana Merdeka pada 1988 dan perumahan Esperanza
pada 2005. Mereka mengepras sebagian bukit dan tegalan milik warga yang
ditanami pohon-pohon keras, seperti jambu, mahoni, dan kluwih. Kastono (62), warga Kampung Duwet RT 1 RW 4 Kelurahan Bringin, Kecamatan
Ngaliyan menuturkan, setelah dibangun perumahan di kawasan Ngaliyan atas, arus
lalu lintas pun semakin ramai. Pemerintah lalu melebarkan jalan mulai dari
Pasar Jrakah hingga Perumahan Bukit Semarang Baru (BSB). Akan tetapi, pelebaran
jalan terhambat ketika hendak mengepras bukit yang ada di depan Perumahan
Pandana Merdeka. ”Beberapa pekerja yang hendak mengepras bukit dengan beghu kesulitan,
bahkan mesinnya mati. Mereka pun berupaya mengeruk batu cadas sekuat tenaga,
akan tetapi justru ujung beghu yang seperti sendok itu patah,” kata ayah empat
anak dan sembilan cucu itu.
Cerita Mistis
Karena jalan sempit dan menikung, kasus kecelakaan yang terjadi di
tanjakan SIlayur itu sudah terbilang banyak. Upaya Pemerintah Kota Semarang
untuk melebarkan jalan pun tidak mendapatkan hasil. Dari cerita para korban kecelakaan yang selamat, kata Kastono, mereka
sering melihat penampakan harimau, ketika mencoba menghindar, justru kendaraan
yang dikemudikan terjun ke jurang. ”Warga menyebut tikungan Silayur sebagai tempat angker. Ada juga yang
melihat jalan itu dari atas terlihat lurus, mereka pun tetap memacu
kendaraannya lurus, setelah terjun ke jurang baru tersadar,” ujarnya. Cerita mistis yang berkembang itu dibenarkan oleh Partini (50), warga
setempat. Ibu tiga anak dan dua cucu itu mengaku, meski belum pernah melihat
secara langsung, cerita para korban kecelakaan di kawasan itu membawa dirinya
ikut meyakininya. ”Kalau dulu, selain untuk wisata, sering dimanfaatkan juga untuk kaum
muda-mudi pacaran. Setelah menjadi perumahan dan sekarang ini dilebarkan,
kegiatan itu sudah tidak ada lagi. Tapi yang masih berbahaya adalah ketika
jalan di depan Perumahan Pandana Merdeka tidak dilebarkan, karena sering
terjadi kecelakaan,” katanya. Partini juga mengungkapkan, Bukit Silayur yang ada di wilayah Kelurahan
Bringin itu telah menjadi saksi bisu terjadinya ratusan kasus kecelakaan. Jalan
yang pada masa kecil Kastono dan Partini hanya memiliki lebar sekitar lima
meter membelah Bukit Silayur itu, kini mulai diperlebarkan 26 meter mengikuti
lebar jalan yang sudah ada.
ConversionConversion EmoticonEmoticon