.

Ngisor Asem : Kampung Pisang Tlogomulyo

Manfaatkan Daun, Raup Rp 4 Juta/Bulan

Puluhan tahun lalu, daerah di Tlogomulyo Pedurungan dikepung tanaman pisang. Sekarang meski sudah banyak  perumahan berkembang, hamparan  pohon pisang juga masih bisa ditemui tidak hanya di kebun yang banyak tersebar  di sekitar Tlogomulyo atau berbatasan dengan Pedurungan Lor, tetapi juga  di halaman rumah terutama  di perkampungan yang dihuni penduduk asli.

HAMPIR dua jam, Siti Mahbulah Tamziz (40) bergelut dengan tanaman pisang di kebun seluas 2.000 m2 di wilayah Tlogomulyo. Di sudut lain, sang kakak, Kamsini (55), memi­sah­kan satu demi satu daun dengan batang hingga menjadi lembaran siap jual. Tak perlu pusing, sudah ada pengepul yang mengambil untuk dipasarkan dengan harga yang kini sudah lebih ”manusiawi” dibandingkan dengan 4-5 tahun silam. ”Sekarang satu batang bisa Rp 250 kalau dulu cuma dihargai Rp 50, rasanya nggak sebanding dengan capeknya. Makanya, sebelumnya saya enggan meneruskan pekerjaan orang tua, tetapi setelah terjun sendiri, dipupuk dan dirawat tanaman jadi lebih sehat daunnya juga besar-besar,” kata Ny Tamziz, yang bekerja dari pukul 07.00-09.00 ini. Di belakang rumahnya, masih ada lahan sekitar 4.000 m2 yang ditanami pisang oleh keluarganya, almarhum H Muchla­sin, sejak puluhan tahun silam. Berbagai jenis pisang bisa ditemui di wilayah ini di antaranya pisang raja, klutuk, dan kepok pipit. 
Akan tetapi untuk komoditas buah, saat ini sering terkendala hama tanaman sehingga hasilnya kurang maksimal. Kebanyakan warga yang memiliki tanaman pisang di halaman rumah atau kebun, memilih menjual daun karena lebih menguntungkan. Ny Tamziz mengaku, hasil dari berjualan daun ini bisa membantu biaya pendidikan anak-anaknya. Paling tidak Rp 3 juta- Rp 4 juta bisa diraup setiap bulan dari salah satu bagian tanaman pisang itu. Lokasinya juga selalu menjadi jujugan ketika ada orang membutuhkan tanaman ini untuk acara hajatan atau mantu. Ketika musim hajatan tiba, dia pun bisa panen rupiah. Tetapi sebaliknya jika musim kering ataupun musim angin menghampiri, orang jadi kesulitan mencari daun pisang. Kalaupun ada, harganya sudah selangit. Untuk lima lembar daun pisang saja harganya bisa menyentuh Rp 4.000-Rp 5.000. Ibu Ketua RT yang tergabung dalam Kelompok Tani Subur Makmur ini akhirnya menyadari betul bahwa perawatan dengan pemupukan akan membuat kondisi tanaman jauh lebih berkualitas. Dari situ harga jual pun ikut terdongkrak naik. Apalagi bila komoditas buahnya juga bisa dimanfaatkan menjadi olahan yang lebih bernilai jual. Mulai dari pelepah, jantung pisang, hingga daun pun bisa dimanfaatkan. Bahkan di daerah Bangetayu, juga ada perajin yang memanfaatkan pelepah untuk dibuat lukisan.
Salah satu warga, Rukati Masduki (38) misalnya, mencoba memanfaatkan buah pisang untuk dijadikan cemilan keripik khususnya jenis pisang kepok pipit. Ia biasa menjual 1/4 kilogram keripik pisang ini Rp 7.500. Namun jika harga jenis itu masih relatif mahal, ia memilih menjual dalam bentuk buah saja daripada mengolahnya menjadi keripik pisang. ”Seperti sekarang masih mahal sesisir bisa Rp 10 ribu makanya lebih baik langsung dijual saja. Kalau pas cuma Rp 5.000 ya bisa menguntungkan dibuat  keripik,” kata warga Pedurungan Lor RT 3 RW 5. Sekretaris Lurah Tlogomulyo Adi Yunarso menambahkan, wilayah yang memang cukup banyak potensi tanaman pisang ada di desa Kudan RW 4 dan desa Sapen RW 5 dan hampir semua wilayah di Tlogomulyo memiliki komoditas tersebut. Meski belum maksimal betul, pihak kelurahan juga pernah mengadakan pelatihan pembuatan sale pisang dan mahasiswa KKN IKIP PGRI juga membantu mengembangkan kerajinan pelepah pisang ini. ”Ada sekitar 11 ribu lebih warga kami dan potensi paling banyak memang di RW 4 dan 5. Tapi kalau tanamannya sendiri hampir setiap rumah itu pasti ada bisa dilihat begitu masuk wilayah ini kanan kiri pasti ada kumpulan pohonnya sangat banyak karena tumbuhnya juga gampang dan cepat beranak pinak tanpa harus repot menanam,” katanya. 

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *