SEMARANG, suaramerdeka.com -
Jalur ganda layang (elevated track) kereta api di Semarang akan dibangun mulai
2014. Jalur kereta sepanjang 8,2 kilometer ini akan dibuat melayang mulai dari
kawasan Cakrawala hingga Stasiun Alastua.
Kepala Satker Departemen Perhubungan pembangunan jalur ganda Hendy
Siswanto mengatakan, proyek yang baru diusulkan ke DPR tersebut rencananya
akan menelan dana Rp 2,9 triliun dan memakan waktu 2-3 tahun.
Jalur KA ganda layang dibangun untuk menghindari kepadatan arus lalu
lintas di perlintasan sebidang dan penurunan tanah yang semakin parah.
“Tahun ini desain dasar sudah dibuat dan akan diajukan ke DPR. Proyek
jalur ganda layang ini bertujuan untuk mengurangi perlintasan sebidang yang
sering mengakibatkan kecelakaan. Jumlah perlintasan sebidang mencapai 58 pintu
perlintasan baik dijaga maupun tidak di sepanjang jalur rel (single track),”
katanya, kemarin.
Dalam proyek ini akan dibangun bendungan untuk mengamankan Stasiun Tawang
dari banjir. Bendungan akan dibuat selebar 10 meter agar bisa dimanfaatkan
sebagai pedestrian dan taman. Ini untuk mengantisipasi penurunan tanah di
Stasiun Tawang yang per tahun mencapai 10,5 sentimeter, dimana selama dua bulan
dalam setahun selalu tergenang banjir.
Bangunan Stasiun Tawang akan berubah fungsi menjadi bangunan bersejarah
saja, dimana fungsi sebagai tempat pemberangkatan dan pemberhentian penumpang
akan dilakukan di bangunan baru yang posisinya di atas. “Seperti Stasiun
Gambir, penumpang akan berangkat dari atas, tidak di stasiun yang terletak di
bawah. Namun dari delapan jalur yang sekarang aktif, di sana nantinya hanya
akan dua jalur yang digunakan di Stasiun Tawang,” tuturnya.
Hal yang sama juga terjadi di Stasiun Poncol. Penumpang juga akan naik dari
bangunan baru yang terletak di atas. Selain itu, Dipo Lokomotif dan Dipo
Kereta Poncol akan dipindah ke Stasiun Alastua. Stasiun Alastua akan difungsikan
seperti Stasiun Manggarai. “Jalur kereta api ke pelabuhan akan diaktifkan
kembali. Demikian pula dengan KA bandara, setelah terminal Bandara Ahmad Yani
dipindah ke sebelah utara, perlu dihubungkan jalur KA bandara ke jalur KA ganda
layang, misalnya disediakan pemberhentian atau stasiun di Madukoro untuk
melayani KA bandara yang bisa berupa kereta ringan seperti monorel,” katanya.
Menurut Hendy, nantinya akan ada penertiban lahan lagi dari proyek ini.
Terdapat pembebasan lahan cukup besar seluas lebih kurang 127.415,034 meter
persegi. Perkiraan biaya track termasuk persinyalan sebesar Rp 300 miliar per
kilometer, ditambah biaya pembebasan lahan yang relatif lebih besar. Posisi
elevated track sebagian besar berhimpit dan dekat dengan track eksisting.
Selama masa konstruksi, dibuat satu jalur sementara (darurat), sehingga
beroperasi dua jalur (double track).
Anggota tim proyek pembangunan jalur ganda layang Djoko Setijowarno
menambahkan, dampak ekonomi dari jalur KA layang adalah pada besaran biaya
operasional kendaraan (BOK), nilai waktu dan polusi udara. Dari komponen polusi
udara didapatkan nilai penghematan biaya polusi udara sebesar Rp 184 juta per
jam atau Rp 4,41 miliar per hari.
“Secara total penghematan bisa mencapai Rp 143,019 triliun selama 50
tahun ke depan. Rinciannya dari aspek keselamatan Rp 1,033 triliun, operasional
Rp 1,057 triliun, peninggian rel Rp 60 miliar dan dampak kemacetan lalu lintas
Rp 140,869 triliun,” katanya.