Nama Kampung Grobogan dengan nama lain Tonyo, Benjol, dan Polisi juga
memiliki cerita unik. Pada 1800-an, seorang pencuri tertangkap basah oleh warga
setelah mencuri perabot rumah tangga di Kampung Sayidan, yang ada di wilayah
Kecamatan Semarang Tengah. Oleh warga, pencuri itu pun dikejar dan tertangkap
di Kampung Grobogan, yang berada tidak jauh dari Kampung Sayidan. Pencuri itu
pun babak belur dihajar (ditonyo) warga hingga kepalanya benjol. Setelah itu, sang pencuri diikat oleh warga di sebuah pohon gayam. Aksi
massa itu pun diketahui oleh seorang anggota polisi. Mereka lalu dilerai,
pencuri pun selamat dari maut setelah disidik (diproses verbal) di kawasan yang
kini disebut sebagai Kampung Perbalan.
Sesepuh
Dari peristiwa itu, warga mengabadikannya untuk menyebut nama kampung
yang sekarang lebih dikenal sebagai Kampung Pandansari. Sebelum terbagi menjadi
Pandansari I hingga Pandansari XI, kampung itu memiliki beberapa nama, yakni
Kampung Tonyo (sekarang menjadi Pandansari I), Kampung Benjol (sekarang
Pandansari III), Kampung Polisi (sekarang Pandansari II) dan Kampung Gayam
(sekarang Pandansari IV). Sesepuh Kampung Pandansari, Haryanto (64) menuturkan,
peristiwa yang terjadi pada masa kakek buyutnya itu hanya dikenal oleh kalangan
tua saja. Tidak banyak anak-anak muda yang mengetahui cerita tersebut. ”Kalaupun
ada, mereka mendapat cerita dari orang tuanya atau kakeknya. Kalangan tua di
sini masih menyebut Kampung Tonyo, Kampung Polisi dan Kampung Benjol, ketimbang
Pandansari,” tutur bapak dua anak yang juga warga Jalan Pandansari I RT5 RW2,
kemarin. Pensiunan pegawai DPKAD Kota Semarang yang juga ketua RTitu menambahkan,
hingga kini tidak ada bekas fisik atas peristiwa pencurian yang runtut dan
diabadikan menjadi nama kampung. Meski hanya cerita yang tersisa, nama besar
Kampung Tonyo, Kampung Benjol dan Kampung Polisi sempat dikenal pada masa yang
cukup lama, antara 1800 hingga 1975. ”Pada 1975, warga menghendaki perubahan nama kampung ke salah satu
anggota DPRD dari Partai Nahdlatul Ulama (PNU) yang berasal dari kampung ini,
namanya Kiai Muhammad Ansori, dan jadilah Pandansari,” jelasnya