Kota Lama identik gedung-gedung tua, sesekali tampak wisatawan datang
berkunjung. Bila melongkok lebih dalam, ada aktivitas rutin di kawasan itu. Ya,
akktivitas itu adalah Pasar ayam Gang Kepodang, berikut laporannya.
KOKOK ayam terdengar nyaring pada Selasa (21/1) pagi. Dari sebuah gang yang dihimpit gedung-gedung tua, bunyi kokok ayam bersahut- sahutan seolah menuntun orang agar melongok lebih dalam di kawasan Kota Lama. Namanya Gang Kepodang. Letaknya berdekatan dengan sebuah kantor bank. Di sanalah sumber kokok ayam menghiasi setiap hari kawasan Kota Lama. Di tempat itu terdapat berbagai jenis ayam yang dijual oleh puluhan pedagang dari berbagai daerah. Ayam yang dijual mayoritas jago (jantan), namun tak sedikit pula pedagang yang menjajakan ayam potong. Interaksi penjual-pembeli menjadi rutinitas saban hari di gang yang letaknya di antara gedunggedung tua yang terlihat tak berpenghuni dan mulai nampak rusak karena dimakan waktu itu. Mbah Kasipan (67), salah satu warga yang ditemui Suara Merdeka di tempat tersebut mengatakan, jual-beli ayam itu sudah berlangsung sejak lama. Dia bercerita, ketika pertama kali menginjakkan kaki di Kota Lama sekitar 1960-an, sudah ada pedagang ayam yang berjualan di area tersebut. Menurut pria itu, Gang Kepodang sejak dulu memang sudah ramai digunakan untuk aktivitas ekonomi warga. ”Seingat saya sejak dulu katika Presiden RI masih Soekarno, di tempat ini sudah ada yang berjualan ayam. Semakin lama semakin banyak yang berjualan,” ujarnya. Salah satu penjual ayam asal Purwodadi, Mulyono (50) mengatakan, dirinya mulai berdagang sejak pukul 08.00-16.00. Dia menjelaskan, untuk harga ayam jago paling murah yakni Rp 100 ribu/ekor, sedangkan untuk yang termahal sebesar Rp 500 ribu/ekor. ”Di sini saya juga menyediakan ayam potong, namun kebanyakan pelanggan membeli ayam jago,” katanya.
Kantor
Sutiono (53) warga Kelurahan Muktiharjo mengatakan, gang itu selalu
ramai. Dulu, gedung yang ada di sekitar gang itu berfungsi sebagai kantor. Akan
tetapi, sejak 1990-an beberapa perusahaan pindah ke tempat lain, sehingga
aktivitas perkantoran tak tampak lagi. Hanya ada beberapa bangunan yang masih
digunakan. ”Walau hanya dua gedung yang ditempati menjadi kantor namun suasana di
sini tetap sama seperti dulu, tetap ramai. Untuk pedagang ayam ada sekitar 50 orang,”
kata pria yang menjadi tukang parkir di Gang Kepodang sejak 33 tahun lalu. Pemilik warung Soto Kepodang, Budiono (40) mengatakan dulu ketika kecil
dirinya sering membantu nenek berjualan. ”Waktu saya kecil, ketika membantu
nenek berjualan di warung, gedung-gedung di sini juga masih digunakan untuk
kantor. Namun sekarang gedung tua sudah banyak yang rusak sehingga tidak
dipakai lagi. Mungkin itu yang membuat para pedagang makanan meninggalkan area ini.
Padahal, di sini masih ramai seperti dulu,” paparnya