Nama-Nama Jalan Disesuaikan Aslinya
BANYAK nama jalan di kota sudah berganti beberapa kali. Harus diakui,
pergantian itu juga dipengaruhi iklim politik yang sedang berkembang. Pergantian nama jalan yang diambil dari pahlawan revolusi yang gugur pada
peristiwa G30S, misalnya, bisa jadi merupakan bentuk kooptasi kekuatan politik
Orde Baru pada Kota Semarang yang dikenal sebagai basis partai pendukung Bung
karno. Budayawan Djawahir Muhammad menilai dugaan itu bisa saja benar. Meski
demikian, dia menilai hal itu tak lebih dari upaya menghormati jasa mereka.
”Nama-nama jalan protokol di kota ini memang beberapa kali berganti. Sebagian
memang menggunakan nama-nama pahlawan. Untuk nama-nama yang berasal dari kaum
militer, digunakan setelah Orde Baru berdiri,” katanya, Rabu (18/9).
Satu Jenis
Dia menambahkan, di zaman pendudukan Belanda, pemerintahan saat itu
memikirkan masak-masak soal penamaan jalan. Dia memberi contoh, dalam satu
kawasan biasanya nama jalan yang ditentukan berasal dari satu jenis. Nama jalan
dalam satu kawasan bisa diambil dari nama binatang, buah, atau lainnya. Pada
sebuah perbincangan dengan Suara Merdeka, pengamat perkotaan, M Farchan
menilai, Semarang memiliki keistimewaan dibanding kota lain soal nama jalan. Kota ini, kata dia, pernah memiliki nama jalan yang berasal dari nama-nama
kerajaan besar di Nusantara seperti Mataram, Siliwangi, Majapahit, dan lainnya.
Sayang sebagian ruas jalan itu kemudian diganti. Ketua Komunitas Oase yang
peduli pada Kawasan Kota Lama, Harry Suryo mengungkapkan niatnya untuk memasang
nama jalan yang lama bersama namanya saat ini. Dengan begitu, diharap
masyarakat bisa mengerti jika jalan-jalan yang ada kini dulu pernah bernama
lain. ”Kami ingin membuat papan nama jalan dimana yang tertulis di sana adalah
nama jalan sekarang dan dulu. Papan nama itu juga tentu didesain dengan
artistik masa lalu. Hal itu saya akan sangat menarik dan membuat kawasan ini
beda dibanding yang lain,” katanya.
Salah satu alasan mengapa hal itu akan dilakukan yakni juga menyangkut
referensi soal Kawasan Kota Lama yang sebagian besar masih menggunakan data
puluhan tahun silam. Dengan pembuatan papan nama itu, masyarakat akan lebih
dimudahkan saat harus mencari data soal Kota Lama. Sementara itu, Ketua Dewan Kesenian Semarang (Dekase), Mulyo HP menilai,
penggunaan nama tokoh atau pahlawan untuk jalan merupakan bentuk penghormatan
atas jasa mereka. Meski begitu, Mulyo mengingatkan, tokoh-tokoh atau
pahlawan-pahlawan yang ada bukan hanya mereka yang berasal dari kalangan
tentara saja. Menurut Mulyo ada juga beberapa seniman yang sudah terbukti pengabdiannya
sehingga namanya layak dijadikan nama jalan. Di antara mereka antara lain,
pelukis Raden Saleh atau dalang Ki Narto Sabdo. Karena itu, dia berharap
pemerintah mempertimbangkan nama-nama seniman saat harus memberi nama jalan.