UNDAKAN curam di kawasan hulu Kali Garang itu kini merana. Sebagian
anak tangganya rusak dan dikurung semak-semak. Rantai besi yang pernah
terpasang di sisi undakan itu juga tak lagi nampak. Padahal dulu, undakan itu
amat terkenal. Dari wujudnya yang berupa tangga dengan pegangan rantai, ia
dinamakan Ondhorante. Hingga awal 1990-an, Ondhorante banyak dikunjungi orang. Selain melihat
bangunan unik tersebut, mereka juga menikmati lansekap di sekitarnya yang elok
menawan. Setiap hari, terlebih hari minggu atau hari libur, tempat itu diserbu
warga, baik dari dalam kota maupun sekitar Semarang. Ada anak sekolah, pramuka,
polisi, tentara, dan remaja. ”Kalau anak sekolah, pramuka, polisi, dan tentara biasanya untuk latihan atau
menjalani gojlokan. Kalau remaja, biasanya pada pacaran. Karena banyak
pengunjung, beberapa warga sekitar mrema jualan makanan dan minuman,” kata
Sundarto, warga Pudakpayung.
Dulu, untuk menuju Ondhorante, pengunjung umumnya melewati jalan tanah lumayan
lebar yang masuknya melalui lahan Kodam IV/Diponegoro. Jalan itu berkelak-kelok
melipir di tepi jurang. Sepanjang jalan, mereka disuguhi panorama indah lembah
Kali Garang. Selain berjalan kaki, sebagian pengunjung mengendarai sepeda motor
atau mobil pribadi. Sekitar tahun 1993, jalan tersebut longsor sehingga memutus akses pengunjung.
Sejak itu pamor Ondhorante langsung meredup. Kawasan yang semula ramai seketika
sepi. Lantaran tak lagi disambangi, Ondhorante menjadi tak terawat. Sundarto menuturkan, pasca-Reformasi 1998, rantai panjang yang menjadi pegangan
di sisi undakan diambil orang. Tak hanya itu, sebagian anak tangga juga dirusak
untuk diambil besi kerangkanya. ”Namanya krismon, orang jadi gelap mata. Rantai
dan besi kolom yang ada di Ondhorante pun disikat.”
Sejak Zaman Belanda
Keberadaan Ondhorante sudah ada sejak zaman Belanda. Ia difungsikan
sebagai jalan bagi petugas perusahaan waterleiding yang hendak mengontrol
bak-bak tandon di tepi Kali Garang. Bangunan itu sekaligus melindungi pipa air
yang ditanam di bawahnya. Konon jika dihitung, anak tangga Ondhorante berjumlah 333 buah. Anak-anak
tangga itu tersusun lurus dari atas ke bawah dengan kemiringan sekitar 45
derajat. Selain Ondhorante di Kalipepe, Pudakpayung itu, masih ada dua bangunan serupa
di kawasan hulu Kali Garang, yakni di Germuning dan Kedungkopyah. Namun,
keduanya kalah pamor. Mungkin karena lokasi dan panoramanya yang tak terlampau
indah, atau jumlah anak tangganya yang relatif sedikit. Sebenarnya, kawasan Ondhorante punya potensi untuk kembali dihidupkan.
Tempatnya asri, panoramanya indah, dan dekat dari jalan raya. Jika dikembangkan
dapat menjadi tempat wisata alternatif bagi warga kota Semarang. ”Beberapa waktu lalu, ada serombongan petugas yang mengaku dari Dinas
Pariwisata datang ke Ondhorante. Apakah kawasan ini akan dihidupkan kembali,
saya tidak tahu,” ujar Sundarto
Sumber : Ondhorante Kini Tak Lagi Berantai