Surga Penggemar Burung dan Satwa Langka
KICAU ratusan burung berbagai jenis dan bentuk seolah terasa menyejukkan
panasnya cuaca di Kota Semarang, Rabu (28/3) siang. Bagi para komunitas penggemar binatang peliharaan, nongkrong di Pasar
Burung Kartini yang berada dibawah rimbunnya pepohonan adalah kegiatan menarik. Penggemar burung kicauan dan pecinta reptil menjadikan pasar burung
Kartini sebagai tempat buruan paling utama di Kota Semarang. Mengunjungi pasar ini pun tidak mewajibkan untuk melakukan kegiatan jual
beli. Ada kalanya para penghobi satwa mampir ke pasar burung Kartini hanya
untuk sekadar menikmati secangkir kopi panas atau es teh di warung-warung kaki
lima. Atau, hanya mendengarkan kicauan aneka burung. Nama asli tempat ini adalah pasar burung Karimata yang awalnya
dikhususkan untuk jual beli burung dan unggas. Karena letaknya berada di Jalan
Kartini Kecamatan Semarang Timur atau sekitar 15 menit berkendara dari Simpang
Lima. Para penghobi burung pun merasa nyaman menyebutnya dengan nama Pasar
Burung Kartini. Bahkan seiring waktu berjalan, tidak hanya unggas dan burung saja yang
dijual-belikan. Berbagai jenis ular, mamalia, celana, jaket, sayuran, pakan
burung, VCD, alat pertukangan dan elektronik lainnya ada di pasar ini.
Jenis burung liar dan langka, seperti elang jawa, burung hantu kepala
putih, burung manyar, nuri hijau, dan lain-lain. Kadang-kadang ada juga
binatang langka baik asli Indonesia maupun dari negara lain, seperti koala,
kuskus, lutung, juga dijual di pasar ini. ”Kalau binatang langka, kita harus memesannya dulu. Itu pun harus
menunggu beberapa hari. Kalau serius, kita bisa mengusahakannya, nanti
tinggalkan kontaknya, kalau sudah ada langsung saya hubungi,” ujar salah
seorang pedagang yang tengah sibuk memberi pakan ular berwarna kuning, kemarin. Bahkan saking lengkapnya, kapasitas pasar burung kartini sudah tidak bisa
lagi menampung jumlah para penjual satwa. Sebagian terpaksa harus rela
menggelar lapak di trotoar Jalan Kartini. Meskipun terkesan ilegal, namun
disinilah daya tariknya. Para pengemar satwa dan pedagangnya merasa lebih
nyaman berinteraksi di bawah rindangnya tanaman peneduh tanpa harus terganggu
dengan aroma pengap seperti di bagian dalam pasar. ”Harga burung disini cukup bervariasi. Mulai dari 10 ribu hingga 3 juta
per ekor ada di sini. Yang paling penting disini adalah bisa memilih dan pandai
menawar,” kata Joko Mulyono (48) warga Kelurahan Lamper Kidul Kecamatan
Semarang Selatan pengunjung pasar ini. Pedagang burung Ahmad (42) mengatakan untuk burung yang sedang laris dan
diburu para penghobi burung berkicau adalah kenari. Kenari dengan suara
panjangnya saat ini menjadi burung yang terlaris. ”Kalau masih bakalan atau
belum berkicau, harganya Rp 100 ribu, kalau sudah berkicau Rp 300 ribu. Tiap
hari saya membawa 20 ekor, dan selalu habis,” ungkapnya.
Beberapa lapak di trotoar Kartini ini juga menyediakan satwa-satwa liar
nan eksotis yang ditangkap dari pedalaman hutan Kalimantan seperti burung
elang, burung hantu, ular, tikus putih, kadal dan sebagainya. Urusan pakan dan perawatan untuk beberapa burung bukanlah sesuatu yang
murah. Menurut Juniarto (30) pengunjung pasar Kartini yang juga warga Kelurahan
Beji Kabupaten Semarang mengatakan, jenis burung yang paling mahal dan
membutuhkan perhatian khusus adalah anis merah, mencapai Rp 500 juta.
”Perawatannya sangat sulit, karena selain butuh perhatian khusus dalam hal
pakan, memelihara burung jenis ini biasanya tidak hanya satu ekor. Harus ada
temannya, kalau tidak kicauannya akan hilang,” jelasnya. Meski di pasar ini jarang ditemukan burung jenis ini, berkunjung ke Pasar
Kartini menurutnya menjadi rutinitas setiap dirinya tidak memiliki kesibukan. ”Pasar ini bagi saya adalah surganya para penggemar burung,” imbuhnya. Namun ia mengeluhkan, karena lokasi pasar yang berada di taman pembatas
jalan, karena sering mengakibatkan arus lalu lintas yang terkadang tidak
berjalan lancar, terutama pada hari libur. Sebagaimana terpantau tidak adanya lahan parkir yang mencukupi untuk
pengunjung pasar ini sering membuat arus lalu lintas terganggu. Pengemudi mobil
yang membeli pakan burung sering terlihat hanya merapat di kios tanpa
memarkirkan kendaraannya ke tempat yang tidak mengganggu pengguna jalan
lainnya.