Militer dan Sipil Bergantian Memimpin
Balaikota Semarang Tahun 1977 (tjiangresidence.com) |
SETELAH RM Hadisoebeno Sosrowardojo, Kota Semarang pada era yang disebut
Orde Lama dipimpin oleh Mr Abdoel Madjid Djojoadhiningrat, RM Soebagyono
Tjondrokoesoemo, dan Mr Wuryanto. Masa kepemimpinan mereka terhitung pendek, karena kecuali Hadisoebeno,
tak ada yang mencapai lebih dari lima tahun. Masa kepemimpinan yang pendek itu,
besar kemungkinan terkait dengan situasi politik nasional saat itu yang
bergejolak. Puncaknya, yakni peristiwa G30S/PKI 1965 yang membawa gelombang
perubahan di berbagai bidang, termasuk pemerintahan. SA Rohim Herry yang menyusun buku tentang Semarang pada 1978 menulis,
pada 1 Juni 1966, muncul keputusan kedudukan wali kota dirangkap Komandan
Kodim. Keputusan itu menandai kelahiran periode militer terutama Angkatan Darat
di kota ini. Di awal masa, Letkol Soeparno ditunjuk sebagai pimpinan eksekutif
sementara. Setelah itu, pada 27 Mei 1967 (ada juga yang menulis 6 Maret),
Letkol R Warsito Soegiarto dilantik sebagai wali kota. Dia yang dibantu Badan
Pemerintah Harian berjumlah lima orang, bertahan hingga 1973. Kedudukannya
digantikan oleh Kol Hadijanto yang menjabat hingga 1980. Masa kepemimpinan Hadijanto ditandai dengan ketetapan mengenai tanggal
lahir Kota Semarang. Lewat tim yang dibentuknya pada 1976, akhirnya diputuskan
hari jadi kota ini pada 2 Mei 1547. Pada masanya pula, beberapa pasar dibangun
dan direnovasi lewat dana Inpres.
Sepuluh Tahun
Estafet kepemimpinan militer kemudian dilanjutkan oleh Kol Iman Soeparto
Tjakrajoeda SH dan Kol Soetrisno Suharto, yang masing-masing menjabat selama
sepuluh tahun. Soetrisno Soeharto termasuk wali kota yang jasanya masih dikenang hingga
sekarang, seperti pencanangan slogan Kota Atlas. Meski begitu, ada sebagian
kebijakannya yang kontroversial.
Masa Reformasi
Tumbangnya Orde Baru pada 1998 membawa angin reformasi. Masa tersebut
mengembalikan kejayaan kaum nasionalis dengan memenangi pemilu 1999. Di Kota
Semarang, kader PDI Perjuangan menjadi mayoritas di DPRD dan meneruskan
kemenangan pada pemilihan wali kota setahun kemudian. Pada pemilihan tak langsung di DPRD, nama Sukawi Sutarip muncul sebagai
wali kota baru. Dia mengakhiri periode kepemimpinan militer, sekaligus memulai
masa baru, yakni pemerintahan sipil. Lima tahun kemudian, Sukawi kembali terpilih sebagai wali kota meski
berganti partai. Pemilihan wali kota 2005 merupakan pemilihan langsung yang
pertama. Sukawi saat itu mencalonkan diri lewat gabungan PAN-Demokrat. Namanya juga tercatat sebagai calon gubernur beberapa tahun berikutnya,
tapi gagal. Kepemimpinan Sukawi dilanjutkan oleh Soemarmo HS yang mulai
menjabat pada 2010. Dia merupakan figur birokrat yang dianggap berhasil
mengingat kariernya sebagai PNS telah mencapai puncak yakni sebagai sekda.
Namun, setelah skandal suapnya terungkap, dia diberhentikan dan diganti
oleh wakilnya, Hendrar Prihadi. Pria yang akrab dipanggil Hendi tersebut juga
representasi dari sipil meski berasal dari keluarga tentara. Kini namanya juga
disebut sebagai calon kuat untuk menduduki kursi wali kota lagi,