TAHUKAH Anda, ada makam di tengah jalan raya Tugurejo, Semarang?
Makam itu teronggok di median jalan, tepat di tikungan sebelah timur tempat
pemakaman umum (TPU) Tugu. Keberadaannya tak terlampau mencolok, karena batu
nisannya terbenam beton median jalan. Dilihat sepintas, yang tampak hanya ujung nisan berbalut kain berwarna putih
kusam. Kerap disangka, itu patok penanda jalan. Sejumlah orang
mengeramatkannya. Mereka kerap meletakkan sesaji atau melemparinya dengan
sejumlah uang. Makam siapa gerangan? Kenapa bisa berada di tengah jalan? Mengapa dikeramatkan?
Menurut H Mursidin (45), warga Tugurejo, makam itu dinamai kuburan njumbul.
Disebut demikian, karena batu nisannya menyembul di tengah median jalan. Bagi yang percaya, pemberian sesaji atau uang di makam itu untuk tujuan
keselamatan. Mereka berharap, ”penunggu makam” tidak mengganggu pengguna jalan. Tapi Mursidin dan sebagian warga yang berdomisili di sekitar tempat itu justru
berpandangan sebaliknya. Alih-alih mengeramatkan, mereka justru acap
memperebutkan uang atau sesaji yang baru diletakkan orang. ”Tak takut kualat Pak Mur?” Mursidi menggeleng tegas. Ia berani mengambil sesaji karena tahu kesejatian ”makam” itu. Menurutnya, batu
nisan kuburan njumbul bukan tetenger sebuah makam. Ia lantas menuturkan sebuah
kisah yang terjadi pada medio 1990-an.
Orang Gila
Waktu itu Jumat siang, Mursidin yang tengah beristirahat di bengkelnya
mendengar suara gaduh dari arah TPU Tugu. Penasaran, ia mencari sumber suara
itu. Di tengah makam ia melihat lelaki paro baya — yang tampak kurang waras —
menghancurkan nisan-nisan menggunakan sebuah nisan batu. Mursidin menghardik, orang itu mengambil langkah seribu. Lantaran sudah pergi,
dia pun bergegas mandi dan menuju masjid untuk menunaikan shalat jumat. Tak
dinyana, usai shalat seluruh nisan di TPU Tugu telah hancur. Kebetulan, sepekan kemudian terjadi kecelakaan, persis di tempat orang gila itu
duduk. Seorang pengendara sepeda motor tewas tegencet bodi truk gandeng yang
disalipnya. Sepekan berikutnya, giliran dua pengendara motor yang nahas.
Seorang di antaranya tewas akibat menabrak tiang lampu di tempat itu. Beberapa waktu berselang, ada keluarga korban yang memberi sajen di lokasi
kejadian. Mereka meletakkan telur atau bebuahan segar tepat di nisan batu yang
masih teronggok di tengah jalan. Tindakan itu diikuti para pengemudi, utamanya
truk, dengan melemparkan uang. Saat jalan raya Tugurejo diperbaiki, pekerja tak berani memindahkan nisan batu
itu. Mereka bahkan memasangnya secara permanen di beton median jalan. Tiga kali
perbaikan jalan, nisan itu jadi terbenam.